Pages

About

Labels

Blogroll

kutipan pesan

hai ..... senang kalian datang ke blog ku saya akan menyajikan beberapa kisah dan nasehat seputar islam, mari kita simak dengan baik

Labels

Categorias

Forum

wibiya widget

daun

follow me

Powered By Blogger

Labels

Labels

About Me

Foto Saya
universal soldier[tentara dunia]
Lihat profil lengkapku

follower

ym

Sabtu, 12 Maret 2011

tanda tanda kiamat

Tanda-Tanda Kedatangan Kiamat

                                           
Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc.
Puji dan syukur kita haturkan kepada Allah Yang Maha Berilmu atas segala sesuatu. Ilmu-Nya meliputi segala yang ada di alam semesta. Dia Maha mengetahui apa yang telah terjadi, dan apa yang akan terjadi serta yang tidak terjadi, dan bagaimana kejadiannya ketika terjadi. Dia tetapkan kapan bangkit hari kiamat, dan Dia sembunyikan pengetahuannya, sehingga tidak seorangpun dari makhluk-Nya mengetahui kapan terjadinya. Allah l berfirman:
"Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan." (Thaha: 15)
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Rabbku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba." Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Al-A'raf: 187)
Ya, sampai makhluk yang paling Dia cintaipun –Nabi Muhammad, semoga shalawat dan salam-Nya tercurah kepadanya– tidak mengetahui kapan terjadinya. Demikian juga Malaikat Jibril.
Suatu ketika Malaikat Jibril berkata kepada Nabi Muhammad n: "Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat?" Nabi n menjawab: "Tidaklah yang ditanya tentangnya lebih mengetahui daripada yang bertanya."
Akan tetapi hari kiamat pasti datang dan bisa jadi sudah dekat. Allah l berfirman:
Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah." Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya. (Al-Ahzab: 63)
Memang sudah semakin dekat dan tanda-tandanya telah muncul. Allah l berfirman:
"Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila Kiamat sudah datang?" (Muhammad: 18)
"Telah dekat datangnya saat itu (hari kiamat) dan telah terbelah bulan." (Al-Qamar: 1)
Nabi n pun bersabda:
بُعِثْتُ أنا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ
"Diutusku dan kiamat bagaikan jarak dua jari ini." (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Beliau mengisyaratkan dengan dua jarinya, jari tengah dan jari telunjuknya.
Sungguh, bila diperhatikan sejak diutusnya Nabi Muhammad n di tengah umat ini, mulai bermunculanlah tanda-tanda kecil kiamat. Meninggalnya beliau n, terbukanya Baitul Maqdis, munculnya berbagai peristiwa fitnah semacam terbunuhnya Utsman z, bermunculannya nabi-nabi palsu, hilangnya amanah, lenyapnya ilmu dan menyebarnya kebodohan terhadap ilmu agama, merebaknya zina dan riba, menyemaraknya musik dan minuman yang memabukkan, merajalelanya pembunuhan, merapatnya pasar, putusnya silaturrahmi dan jeleknya hubungan ketetanggaan, menyebarnya sifat kikir, banyaknya gempa bumi, bermunculannya wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang dengan menampilkan bentuk auratnya bahkan auratnya sekaligus, menjamurnya kedustaan dan kesaksian palsu, dan masih banyak lagi. Semua tanda-tanda kecil hari kiamat itu telah kita saksikan bersama, bahkan semakin hari kian menyeruak.
Nanti bilamana tanda-tanda besar kiamat telah muncul maka dunia tinggal menunggu kehancurannya, untuk kemudian masing masing manusia diberi balasan atas segala amalnya. Allah l berfirman:
"Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan." (Thaha: 15)
Munculnya Imam Mahdi, Dajjal, turunnya Nabi Isa q, keluarnya Ya'juj dan Ma'juj, terjadinya tiga khusuf yaitu tenggelamnya suatu daerah ke dalam perut bumi, penampakan asap yang menyelimuti manusia, terbitnya matahari dari arah barat, munculnya Daabbah yaitu binatang darat yang mampu berbicara, dan munculnya api yang menggiring manusia. Dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari z, ia berkata:
اطَّلَعَ النَّبِيُّ n عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ فَقَالَ: َما تَذَاكَرُونَ؟ قَالُوا: نَذْكُرُ السَّاعَةَ. قَالَ: إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ. فَذَكَرَ الدُّخَانَ وَالدَّجَّالَ وَالدَّابَّةَ وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنُزُولَ عِيسَى بْنِ مَرْيَمَ n وَيَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَثَلَاثَةَ خُسُوفٍ؛ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنَ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ
Nabi muncul kepada kami saat kami sedang saling berbincang, maka beliau berkata: "Kalian sedang saling mengingat apa?" Mereka menjawab: "Kami sedang mengingat hari kiamat." Beliau mengatakan: "Sesungguhnya kiamat tidak akan bangkit sehingga kalian melihat sebelumnya sepuluh tanda." Lalu beliau menyebutkan asap, Dajjal, Daabbah, terbitnya matahari dari arah barat, turunnya Isa bin Maryam, Ya'juj dan Ma'juj, dan tiga khusuf; khusuf di timur, khusuf di barat dan khusuf di Jazirah Arab, dan yang terakhir adalah api yang keluar dari Yaman, menggiring manusia ke tempat dikumpulkannya mereka. (Shahih, HR. Muslim)
Bila satu muncul dari tanda-tanda besar ini maka akan bermunculan yang lain secara silih berganti. Nabi n bersabda:
خُرُوجُ الْآيَاتِ بَعْضِهَا عَلَى إِثْرِ بَعْضٍ يَتَتَابَعْنَ كَمَا تَتَتَابَعُ الْخرْزُ فِي النِّظَامِ
"Munculnya tanda-tanda (kiamat) sebagiannya setelah sebagian yang lain itu beriringan sebagaimana beriringnya permata pada rangkaiannya." (Shahih, HR. At-Thabarani dalam Al-Ausath dan Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Mawarid, dari Abu Hurairah z. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Al-Jami')
Dari Abdullah bin 'Amr c, ia berkata: Rasulullah n telah bersabda:
الْآيَاتُ خَرَزَاتٌ مَنْظُومَاتٌ فِي سِلْكٍ فَإِنْ يُقْطَعِ السِّلْكُ يَتْبَعْ بَعْضُهَا بَعْضاً
"Tanda-tanda (kiamat) adalah butiran-butiran permata yang tersusun pada sebuah benang. Bila benang itu diputus, maka sebagiannya akan (lepas) mengikuti yang lain." (Shahih, HR. Ahmad, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Ahmad Syakir, dinukil dari Asyrathus Sa'ah hal. 246)
Wahai saudaraku seislam. Ambillah hikmah dari tanda-tanda kiamat yang telah bermunculan. Al-Imam Al-Qurthubi t berkata:
"Para ulama berkata, hikmah didahulukannya tanda-tanda kiamat dan ditunjukkanya kepada manusia adalah untuk mengingatkan mereka dari tidur mereka. Juga memotivasi mereka agar berhati-hati untuk diri mereka dengan bertaubat dan kembali kepada Allah, agar mereka tidak dikejutkan dengan sesuatu yang menghalangi mereka dengan pertolongan terhadap diri mereka. Maka, setelah munculnya tanda-tanda kiamat semestinya manusia telah memperhatikan diri-diri mereka, dan memutus diri dari dunia serta mempersiapkan untuk kiamat yang telah dijanjikan." (At-Tadzkirah, 2/732, dinukil dari Asyrathus Sa'ah karya Al-Ghufaili)


smp ibnu hajar boarding school

wkwkwkwkwk foto foto student ihbs

cimg0389
cimg0389
Image Detail
cimg0390
cimg0390
Image Detail
cimg0394
cimg0394
Image Detail
cimg0399
cimg0399
Image Detail
cimg0400
cimg0400
Image Detail
cimg0409
cimg0409
Image Detail
cimg0588
cimg0588
Image Detail
cimg0712
cimg0712
Image Detail
cimg0716
cimg0716
Image Detail
 
hai teman teman inilah student of the mouth in ihbs

wkwkwkwkwkwkwk ini juga yang datang dari kalimantan

Minggu, 06 Maret 2011

yakjuj dan makjuj

Persoalan Yakjuj dan Makjuj masih diselimuti oleh kabus misteri. Kitab-kitab Samawi yang diturunkan dari langit seperti Taurat, Injil dan al-Quran, masing-masing menyebut mengenai Yakjuj dan Makjuj. Al-Quran menceritakan tentang sifat dan peristiwa Yakjuj dan Makjuj dengan Zulkarnain dengan huraian penceritaan yang sempurna. 
Buku ini membongkar bangsa yang membawa huru-hara kepada dunia dengan berdasarkan huraian kitab Taurat, Injil dan al-Quran. Dimuatkan dengan imej, peta, ilustrasi, carta masa. Menjadikan buku ini antara yang terlengkap dalam sejarah.
Daftar Isi

Kata Pengantar


 Bab 1: Inskripsi Yahudi: Sebuah Pengantar
   
    Kenapa kita perlu menelusuri Yakjuj & Makjuj dalam Inskripsi Yahudi?
    Inskripsi Yahudi dan Latar Belakang Pembentukannya
    Septuagint: Perjanjian Lama
    Inskripsi karya Flavius Josephus
    Naskah Laut Mati ’The Dead Sea Scrools’
    Talmud
    Carta Timeline Talmud
    Timeline Inskripsi Yudaisme
    Analisis eksplorasi Sinkronik – Diakronik tentang Yakjuj dan Makjuj
    Usaha mengaburkan identiti bangsa Gog Magog
    Usaha mencemarkan nama baik Nabi Ishaq
    Hubungan kait Kristian Ekstrem dan Zionis yang meletakkan posisi Gog Magog sebagai gabungan negara Islam

Bab 2: Suara-suara dari Padang Gurun tentang Zulqarnain danYakjuj &  Makjuj

    Latar belakang Pertanyaan pendeta Yahudi tentang Zulqarnain kepada Nabi Muhammad.
    Senandung Padang Gurun tentang Muhammad
    Daud menyebutnya sebagai ”Adonai”
    Percakapan Yahya dengan pendeta Yahudi tentang ”Nabi yang Akan Datang”
    Isa menyebutnya ”Terang yang Besar”
    Daniel menyebut Muhammad sebagai ”batu yang meremukkan patung”
    Muhammad, Benang Merah senandung para nabi
    Orang-orang Yahudi rela tinggal di padang Paran
    Nabi Jeremiah (Aramia) menyebutnya ”Ehmed”
    Talmud Babilon menyebutnya ‘Emeth’
    Yakjuj & Makjuj dalam sumber Islam
    Yakjuj & Makjuj di dalam al-Quran dan Tafsir
    Seputar Asbabun Nuzul (Sebab-sebab Turun Ayat)
    Epistemologi bijak yang dikongkong oleh kesombongan
    Adakah “bangsa yang buta huruf” mampu membaca kisah Alexander?
    Sifat Zulqarnain
    Orientalis & Evangelis, Perompak teriak Pencuri
    Kisah Zulqarnain adalah Plagiat?
    Siapakah Callisthenes ?
    “Kambing Jantan Bertanduk Dua” dalam Kitab Daniel
    Sifat Yakjuj & Makjuj di dalam Tafsir Qur’an
    Sifat Yakjuj &  Makjuj
    Profil Yakjuj dan Makjuj dalam sumber-sumber Hadis Islam

Bab 3: Genealogi Yakjuj Makjuj dalam Inskripsi Yahudi

    Di dalam Bible, Yakjuj dan Makjuj disebut Gog dan Magog
    Garis Keturunan Yakjuj Makjuj dalam Yahudi
    Magog dalam Talmud
    Scythia Yakjuj Makjuj di dalam buku Josephus,  “Antiquities of the Jews”
    Scythia Yakjuj Makjuj di dalam buku Josephus,  ’’Jews Wars’
    Al Qur’an bebas daripada unsur Plagiat
    Josephus Menggunakan Bahasa Yunani
    Bahasa Yunani baru dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada abad 9 M
    Scythia Yakjuj Makjuj di dalam buku Josephus,  ’The Apions’
    Scythia Yakjuj Makjuj di dalam Perjanjian Baru
    Magog di dalam Inskripsi Gulungan Laut Mati
    Lokasi Gog Magog Scythia
    Nama Gog Magog
    Bukti Kisah Yakjuj dan Makjuj di dalam Al Quran bukan plagiat daripada kitab sebelumnya

Bab 4: Gerombolan Nomad Scythia adalah Gog Magog

    Tafsir al-Quran Yusuf Ali: Scythia adalah Yakjuj Makjuj
    Kesalahan Evangelis dan Zionis: ’Scythia’ daripada nama ’Isaac’
    ‘Gog’ dalam inkripsi Cylinder Ashurbanipal Assyria
    Suku Scythia adalah suku pertama yang berhasil menjinakkan kuda
    ‘Scythia’ bererti Kuda?
    Menjejak serapan kata GOG atau JUJ dalam bahasa Inggeris dan Jerman
    Kebiadaban bangsa Yakjuj Makjuj Scythia
    Lokasi Kediaman Bangsa Yakjuj Makjuj Scythia
    Bukti Akeologi Bangsa Yakjuj Makjuj Scythia mendiami di Utara (Eurasia)
    Timeline Gerombolan Barbar Scythia
    Raja-raja Scythia
    Lokasi Kediaman Scythia menurut Peta Kuno Yunani
    Saudara sebangsa Scythia adalah suku Xiongnu, Hun, Mongol, Tartar
    Lagu ‘Scythian Tribe’
    Republik Sacha: Munculnya negeri Scythia Moden?

Bab 5: Sejarah Timur Tengah dan Yahdudi serta peranan bangsa Barbar Scythia

    Menelusuri jejak bangsa Yakjuj dan Makjuj Scythia dalam Sejarah Timur Tengah
    Timeline Timur Tengah dan Sejarah Bani Israel serta hubung kait dengan Yakjuj & Makjuj Scythia
    Peta  Kekuasaan – Kekuasaan di Fertile Crescent – Timur Tengah tahun 700-550 SM
    Sinkronik-Diakronik Peradaban Timur Tengah tahun 700-550 SM
    Tempoh Serangan Yakjuj Makjuj Scythia

Bab 6: Serangan Yakjuj & Makjuj ke Kerajaan Hitti di Urartu 743 SM

    Ekspedisi Assyria Memerangi Yakjuj Makjuj Scythia
    Suku Barbar Scythia dan Cimmeria bersaing menakluk Urartu
    Yakjuj & Makjuj Menerobos Pegunungan Kaukasus
    ‘Rab Kisir Gimirai’ pasukan khusus Yakjuj Makjuj Cimmeria
    Jalur sempit keluarnya Yakjuj & Makjuj Scyhtia & Cimmeria
    Darial Gorge (Ngarai Darial) dan Caspian Gates
    Yakjuj Makjuj Cimmeria menjadi perajurit upahan Kerajaan Assyria
    Kerajaan Scythia di Urartu tahun 700 SM

Bab 7: Serangan Yakjuj & Makjuj ke Samaria, Ibu kota Kerajaan Israel Utara tahun 721 SM

    Zaman Keemasan Israel
    Kerajaan Israel berpecah-belah
    Israel melanggar janjinya sendiri, Mulai menyembah berhala patung-patung.
    Pembuangan Suku Israel
    Serangan Yakjuj Makjuj Cimmeria ke Samaria tahun 722 SM sebagai Hukuman Allah
    Penaklukan Raja Sargon II dalam Inskripsi Assyria
    Para nabi yang mengingatkan kerosakan akidah kerajaan Israel

Bab 8: Serangan Yakjuj dan Makjuj ke Niniwe Assyria tahun 612 SM

     Niniwe, Ibukota Kerajaan Assyria
     Faktor-faktor Pendorong pemberontakan Nabopolassar terhadap Assyria
     Faktor-faktor Penarik pemberontakan Nabopolassar terhadap Assyria.
     Raja-raja Assyria dan Tempoh Kepemimpinannya
     Sejarah Empayar Assyria
     Kronologi berbaliknya Yakjuj Makjuj Scythia daripada pendukung setia Assyria, tiba-tiba berubah menjadi pemberontak Assyria.
     Cyaxares menjamu pasukan Scythia hingga mabuk, kemudian membunuhnya
     Ultimatum Raja Cyaxares I dari Media terhadap bangsa Yakjuj Makjuj Scythia
     Pasukan berkuda Media dan Scythia bergerak ke Niniwe
     Mesir datang menolong Assyria
     Kejahatan dan Kekejaman bangsa Assyria
     Para Penafsir Bible menutupi peranan bangsa barbar Scythia dalam penghancuran Niniwe
     Raja Assyria berputus asa dengan membakar diri dan Istananya
     Niniwe pun dijarah dan dibakar oleh Scythia Yakjuj Makjuj
     Nabi-nabi Israel yang mengingatkan kehancuran Niniwe
     Harta karun Emas suku Scyhtia dari Rampasan di Niniwe
     Kesimpulan

Bab 9: Serangan Yakjuj & Makjuj ke kota Jerusalem, Ibu kota Kerajaan Yehuda tahun 587 SM

    Yakjuj Makjuj Scythia menyerang Jerusalem
    Catatan Herodotus ketika memasuki negeri Yakjuj Makjuj Scythia
    Nabi Jeremia pernah tampil di Jerusalem mengingatkan datangnya Gog Magog
    Gabungan Scythia dan Babilon inilah ‘Periuk Mendidih dari Utara’
    Dan Jerusalem pun merana
    Ezra / Uzair memasuki Runtuhan Jerusalem
    Scythia, setelah kehancuran Yerusalem
    Gerombolan Scythia menghancurkan Babilon

Bab 10: Nabi Yehezkiel memberi khabarkan datangnya Gog Magog

    Kesalahan Kronologi Kenabian Israel menjadikan kisah Gog Magog dalam Bibel sulit dipahami
    Kelalaian Editor/Penyalin Kitab Yehezkiel
    Kronologi Kisah dalam kitab Yehezkiel
    Magog dalam Yeheziel adalah bangsa Barbar Scythia
    Keaslian Teks Yehezkiel 38 dan 39

Bab 11: Nabi Yunus mengingatkan Kota Niniwe tentang Ancaman Yakjuj dan Makjuj

    Nabi Yunus memberitakan tentang Gog Magog
    Gerombolan Barbar Scythia keluar dari balik pegunungan Kaukasus
    Raja Assyria dan penduduk Niniwe patuh pada Yunus
    Kisah Dakwah Nabi Yunus dan Isa
    Usaha penyisipan teks

Bab 12: Nahum mendapat penglihatan tentang dekatnya Kehancuran Niniwe

    Kehancuran Niniwe sebagai bentuk Murka Tuhan

Bab 13: Amos dan Joel mengibaratkan keluarnya Gog Magog laksana Serangan Belalang

    Siapakah Amos?
    Bible juga mengumpamakan serangan Yakjuj & Makjuj sebagaimana serangan Belalang.
    Bible menyebut Gog adalah Raja Belalang.
    Sifat serangan Belalang dalam Bible
    Nabi Muhammad mengibaratkan serangan Yakjuj Makjuj seperti serangan belalang
    Serangan Belalang di Timur Tengah
    Bencana Belalang

Bab 14: Pergelutan Nabi Jeremia Mengingatkan Kebebalan Kaum Israel tentang Bahaya Gog Magog

    Siapakah Jeremia?
    Malapetaka dari Utara adalah Yakjuj & Makjuj
    Alasan Nebukadnezar membawa pasukan Yakjuj Makjuj Scythia
    Jeremia diutus bagi mengingatkan tentang bahaya munculnya Yakjuj Makjuj ke atas Jerusalem
    Bukti Pendapat Jeremia memberitakan tentang keluarnya gerombolan Yakjuj Makjuj Scythia.
    Gelar pasukan Gog Magog yang dipakai Jeremia
    Dalam Jeremia, Gog Magog disebut sebagai gandar besi
    Bani Israel Judea Jerusalem berlindung pada Mesir
    Juj = Gog = Yoke = Joch
    Nabi Jeremia dipenjara oleh Bani Israel Yehuda.
    Jerusalem hancur secara total
    Scythia, setelah kehancuran Jerusalem
    Scythia Yakjuj Makjuj menghancurkan Babilonia

Bab 15: Keluarnya Yakjuj &  Makjuj Pada Akhir Zaman dalam Inskripsi Yahudi

    Keluarnya Yakjuj & Makjuj pada Akhir Zaman di dalan sumber-sumber Islam
    Keluarnya Yakjuj & Makjuj pada Akhir Zaman petanda Kiamat sudah dekat
    Mungkinkah Sejarah Terulang?
    Ramalan keluarnya Yakjuj dan Makjuj (Gog Magog) dalam Inskripsi Yahudi
    Ramalan Merajalelanya Gog Magog di dalam Perjanjian Lama
    Ramalan keluarnya Magog dalam Talmud Babilon
    Perjanjian Baru: Gog Magog sebagai pasukan Iblis yang terlepas.

terbunuhnya Saidina Hamzah ra, paman Baginda Nabi, Rosullulah.s.a.w. diperang Uhud”

Sejarah mencatat Wahsyi berhasil membunuh paman Nabi Muhamad s.a.w. Hamzah bin Abdul Muthalib sang Singa Allah dimedan perang Uhud atas perintah tuannya Hindun bin Utbah, sebagai pembalasan atas terbunuhnya Ayah, paman serta saudaranya di perang Badar. Terbunuhnya Hamzah membuat Rosulullah saw sempat menanggung duka yang mendalam.
Siapakah Wahsyi.
Wahsyi bin Harb adalah seorang budak kulit hitam berasal dari Ethiopia atau ketika itu biasa disebut Habasyah Negri di tanduk Afrika. Kebanyakan orang-orang Habasyah pandai menombak, namun keahlian Wahsyi melempar tombak melebihi rata-rata, lontaranya tombaknya selalu tepat sasaran, nyaris sempurna. Misinya dalam perang Uhud adalah membunuh Rosulullah saw dan Hamzah. Sebelum diterjunkan di medan perang Uhud, Wahsyi harus mempelihatkan keahliannya, semacam tes pendahuluan.
Di dalam film the Mesagge, film kolosal garapan  sutradara asal Syria Mustafa Akkad yang menceritakan kisah perjuangan Rosulullah s.a.w, digambarkan bagaimana Wahsyi memperlihatkan keahlianya melontar tombak sebelum terjun kemedan perang Uhud. Digambarkan disitu seorang penari yang bergarak dengan dinamis terus berputar sambil menghentakan kaki mengikuti irama musik, sementara semacam tusuk konde yang pangkalnya berbentuk gelang dipasang digelung sang penari, Wahsyi membidik dari kejauhan dan melontarkan tombaknya dengan kekuatan penuh, tombaknya tepat nyeplos melewati gelang tersebut, tanpa disadari sang penari.
Setelah usai perang Uhud dan Wahsyi berhasil membunuh Hamzah, Hindun sang majikan sangat puas dengan hasil kerja Wahsyi, tuntas sebagian kesumat dendam. Seperti dijanjikan sebelumnya Wahsyi mendapatkan kebebasan. Lepas belenggu Budak atas dirinya. Wahsyi mendapati dirinya sebagai Tuan atas dirinya sendiri. Wahsyi sudah sejajar dengan penduduk Mekkah yang lain. Kehidupan yang selalu di dambakan mereka yang berstatus budak ketika itu.
Dalam perjalanan hidupnya setelah kebebasannya sebagai budak Wahsyi kemudian menetap di Mekkah dalam waktu yang cukup lama, dan ketika tentara Muslim menaklukan Mekkah Wahsyi melarikan diri ke Taif, namun ketika Taif juga takluk ketangan pasukan Muslim, Wahsyi menghadap Rosullulah s.a.w mohon ampun dan menyatakan masuk Islam.
Selama hidupnya Wahsyi amat menyesali peristiwa terbunuhnya Hamzah ra ditangannya, yang membuat Rosullulah bersedih dan berpaling dari dirinya, namun Wahsyi menyadari dan menerima kenyataan ini, diriwayatkan kemudian Wahsyi tidak pernah mendekat Rosullulah s.a.w dikarenakan khawatir akan membangkitkan kesedihan Rosullulah saw, kemudian Wahsyi bertekad bagaimana bisa menggembirakan hati Rosullulah saw. Wahjsyi pergi meninggalkan Mekkah menyebarkan Islam di banyak Negri, sampai mendapat kesempatan yang meringankan hati dan rasa berdosanya.
Pada masa kekhalifah Abu Bakar As-Shiddiq terjadi pemberontakan dan pemurtadan besar-besaran dari kaum muslimin, Bani Hanifah mengakui Musailamah Al-Kadzdzab yang mengaku sebagai Nabi, kemudian Abu Bakar As-Shiddiq segera memerangi Musailamah Al-Kadzdzab. Disinilah Wahsyi bergabung dengan pasukan kaum Muslimin dan berhasil membunuh Musailamah Al-Kadzdzab seburuk-buruknya manusia sebagaimana dengan tombak yang sama ia telah membunuh orang yang terbaik setelah Nabi Muhammad s.a.w (Hamzah bin Abdul Muthalib ra).
Wahsyi seorang yang amat menyadari dan dapat memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya. Dari seorang yang hanya berstatus Budak dengan hanya satu keahlian sebagai penombak yang mahir. Wahsyi mampu mengangkat derajat kehidupannya, walau sejarah mencatat dia pernah tergelincir dalam langkahnya.

kisah terbunuhnya ali bin abi thalib

Ali bin ‘Abi Thalib  adalah menantu Rasulillah  yang mendapat nama kehormatan (kuniyyah) Abu Turab (Bapaknya tanah) dari Rasulillah . Abu Turab adalah panggilan yang paling disenangi oleh ‘Ali karena nama kehormatan ini kenang-kenangan berharga dari Nabi  yang mulia. Ia dibai’at menjadi Khalifah pada hari Jumat tanggal 25 Dzul-Chijjah tahun 35 Hijriyyah (4 Juni 656 M).
Sabda Nabi :
“لأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلاً يُفْتَحُ عَلَى يَدَيْهِ ، يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ، وَيُحِبُّهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ -
"Niscaya besok pagi bendera ini akan saya berikan pada seorang lelaki yang telah diberi kemenangan karena usahanya. Ia dicintai Allah dan Utusan Allah dan utusan Allah juga mencintainya”.

Pada masa perang Khaibar bulan Shafar tahun tujuh Hijriyah dia telah menjadi tokoh utama bagi umat Islam pada umumnya. Setelah sabda yang menggiurkan tersebut terucap, para shahabat membicarakan siapa orang beruntung yang akan mendapatkan kehormatan tersebut. Setelah itu mereka semua berambisi menjadi tokoh agung tersebut.

Di suatu pagi yang indah semua sahabat termasuk Umar yang tidak pernah ingin menjadi pemimpin, berkeinginan untuk terpilih. Ternyata Ali bin Abi Talib  lah yang menerima kesempatan besar tersebut. Ali bin Abi Talib  juga dianugerahi karena telah membunuh Talha ibn' Uthman di perang Uhud pada bulan Syawal tahun 3 (tiga) Hijriyyah (Januari 625 M)
خرج طلحة بن عثمان صاحب لواء المشركين وقال: يا معشر أصحاب محمد إنكم تزعمون أن الله يعجلنا بسيوفكم إلى النار ويعجلكم بسيوفنا إلى الجنة، فهل أحد منكم يعجله سيفي إلى الجنة أو يعجلني سيفه إلى النار ؟ فبرز إليه علي بن أبي طالب، فضربه علي فقطع رجله، فسقط وانكشفت عورته، فناشده الله والرحم فتركه، فكبر رسول الله، صلى الله عليه وسلم، وقال لعلي: ما منعك أن تجهز عليه ؟ قال: إنه ناشدني الله والرحم فاستحييت منه –
Talha bin 'Uthman pembawa bendera kaum musyrik berkata," Wahai para golongan sahabat Muhammad, engkau yang berkeyakinan bahwa Tuhan akan mempercepat kami ke neraka dengan pedang kalian, dan mempercepat kamu ke surga melalui pedang kami. Sekarang siapakah yang sanggup mempercepat diri kalian ke Surga karena pedang kami atau mempercepat kami ke neraka dengan pedang kalian? Ali akhirnya menerima tantangan tersebut, bergerak cepat memukul mematahkan kakinya. Ia jatuh hingga terlihat auratnya karena kain yang ia kenakan tersingkap, dan memohon kepada Ali agar takut kepada Allah dan meminta-minta menjadi sahabatnya, lalu Ali meninggalkannya. Tiba-tiba Nabi memekikan takbir demi melihat pemandangan tersebut dan bertanya,"Apa yang membuatmu tidak menghabisinya? Ali menjawab,"Ia memohon-mohon padaku untuk memperhatikan Allah dan keluarga kami, sehingga saya merasa enggan".[Al-Kamil fit-Tarikh 1 / 294]

Thabrani murid Achmad bin 'Ali Abu al-Abbar murid Umayyad murid Uthman ibn' Abdir-Rahman murid Isma'il ibn Rashid bercerita tentang kematian 'Ali ibn' Abi Talib  , yang bertepatan dengan hari Jum'at 17 Ramadan tahun 40 Hijriyyah (24 January 661M): Konon termasuk Hadits Ibnu Muljam dan shahabat-shabatnya yang dilaknat Allah ialah: Memang ‘Abdur-Rahman bin Muljam, Al-Barku bin ‘Abdillah dan ‘Amer bin Bakr At-Taimi mengadakan pertemuan di Makkah untuk membahas tentang ihwal masyarakat umum dan mencela perbuatan tokoh-tokoh besar Muslimiin. Pembicaraan tersebut berkembang ke arah pembahasan kepedulian mereka pada penduduk kota Nahar yang dulu pernah diperangi ‘Ali . Mereka berkata, “Demi Allah kita ini belum berjasa sebanyak tokoh-tokoh (Khawarij) yang telah mendahului kita. Tokoh-tokoh pendahulu kita telah menjadi dai yang mengajak orang-orang agar beribadah pada Tuhan mereka, dan di dalam beribadah mereka tidak takut caci-makian orang mencaci-maki. Hendaklah kita-kita ini mengorbankan diri-kita dengan cara mendatangi dan memastikan tokoh-tokoh besar Muslimiin terbunuh, sebagai upaya agar penduduk-kota kita tidak dendam dan agar dendam pendahulu kita terbalas. Ibnu Muljam yang konon sebagai penduduk Mesir berkata, “Sayalah yang membereskan urusan kalian berupa menghabisi ‘Ali .” Al-Barku bin ‘Abdillah berkata, “Sayalah yang akan membereskan urusan kalian berupa menghabisi Mu’awiyyah bin Abi Sufyan.” ‘Amer bin Bakr At-Tamimi berkata, “Sayalah yang akan membereskan urusan kalian berupa menghabisi ‘Amer bin ‘Ash.”
Tiga orang yang terancam kematiannya ini tokoh besar ummat Islam yang saat itu namanya menggetarkan dunia karena saat itu zaman kejayaan Islam:
  1. ’Ali bin Abi Thalib  sebagai Khalifah yang sangat agung.
  2. Mu’awiyyah sebagi Gubernur yang sangat berpengaruh karena pernah menjadi sekretaris Rasulillah .
  3. ‘Amer bin ‘Ash orang yang pernah diangkat sebagai panglima perang oleh Abu Bakr, bahkan tergolong Umara’ul-Ajnad (semacam jendral besar).
Mereka bertiga membuat persekongkolan dan perjanjian rahasia yang diikat dengan sumpah demi Allah tak seorangpun dari mereka mem-batalkan rencananya sehingga berhasil membunuh sasaran mereka masing-masing atau mati karena rencana gila tersebut. Mereka bertiga mengambil pedang untuk diberi racun, dan membulatkan perjanjian bahwa masing-masing mereka bertiga akan menyerang korban mereka tanggal 17 Ramadhan. Mereka bertiga pergi ke kota yang dihuni oleh sasaran mereka masing-masing.

Ibnu Muljam Al-Muradi mendatangi sahabat-sahabatnya berada di kota Kufah, namun ia menyembunyikan rencananya karena takut akan ada yang mengetahuinya. Ibnu Muljam juga mendatangi teman-temannya dari keluarga besar Taimir-Rabab, yaitu sebuah keluarga besar yang pada zaman perang An-Nahar banyak yang mati terbunuh. Keluarga besar Taimir-Rabab membicarakan dan mengasihani keluarga mereka yang meninggal dalam peperangan tersebut. Kebetulan saat itu muncul seorang wanita bernama Qatham binti Sachnah dari keluarga besar Taimir-Rabab yang memendam dendam pada ‘Ali  karena telah membunuh ayah dan saudara laki-lakinya dalam perang Nahar tersebut. Konon kecantikan Qatham binti Sachnah luar biasa (sempurna). Karena kecantikan Qatham binti Sachnah lah maka ia lupa dengan tujuan semula (tersihir). Ibnu Muljam melamar Qatham binti Sachnah. Qatham binti Sachnah menjawab, “Saya tidak akan menikah sehingga kau bisa mengobati sakit-hatiku.” Ibnu Muljam bertanya, “Sebetulnya apa yang kau inginkan?.” Ia menjawab, “Tiga ribu dinar dan budak laki-laki dan biduanita dan bunuhlah ‘Ali !.” Ibnu Muljam berkata, “Berarti ini sebagai maskawin untukmu. Namun apa betul kamu ingin ‘Ali dibunuh?.”

Diriwayatkan bahwa Ibnu Abi ‘Ayyasy Al-Muradi berkata, “وَلا مَهْرَ أَغْلَى مِنْ عَلِيٍّ (Sebetulnya tidak ada maskawin yang lebih mahal dari pada membunuh ‘Ali bin Abi Thalib ).”

Ia menjawab, “Betul!. Pastikan pembunuhan tersebut pada waktu-bulan-ghurrah (sekitar tanggal 15)!. Jika kau berhasil maka kita berdua puas, selanjutnya kita berdua hidup berbahagia penuh manfaat. Namun jika kau yang mati terbunuh, maka yang di sisi Allah jauh lebih baik dari pada dunia dan perhiasan penghuninya.” Ibnu Muljam berkata, “Sebetulnya kedatanganku kemari memang bertujuan membunuh dia.” Ia menjawab, “Jika tekadmu telah bulat kabarilah saya, saya akan menyuruh orang agar membantu dan mendukungmu.” Akhirnya Qatham perintah lelaki dari keluarganya yang menyanggupinya bernama Wardan. Ibnu Muljam mendatangi lelaki (shahabat karibnya) dari keluarga besar Asyja’ bernama Syabib bin Najdah untuk berkata, “Bukankah kau mau mendapatkan kejayaan dunia dan akhirat?.” Ia menjawab, “Apa maksudmu?.” Ibnu Muljam menjawab, “Membunuh ‘Ali .” Ia menjawab, “Kau ini gila. لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا إِدًّا – Niscaya kau telah melakukan kegilaan yang nyata. Apa mungkin kau bisa membunuh dia?.” Ibnu Muljam berkata, “Saya akan bersembunyi di waktu sahur. Jika ia telah keluar rumah untuk mengimami shalat shubuh, maka saat itu juga kita serang dan kita bunuh. Jika dalam rencana ini kita selamat maka kita puas dan dendam kita telah terbalas, namun jika kita mati maka pahala di sisi Allah jauh lebih baik dari pada dunia dan perhiasan penghuninya. Ia berkata, “Kau memang harus kubantu. Tapi kalau rencana ini ditujukan pada selain ‘Ali niscaya urusannya lebih ringan bagiku. Karena saya tahu sepenuhnya bahwa jasa dia di dalam Islam sangat besar. Ia juga termasuk shahabat Nabi  yang awal. Terus terang dalam hal ini saya merasa keberatan. Ibnu Muljam berkata, “Bukanakah kau sendiri tahu bahwa dia yang memerangi penduduk Nahar yang tekun beribadah dan shalat?.” Ia menjawab, “Betul.” Ibnu Muljam berkata, “Kita membunuh dia karena membalaskan saudara-saudara kita yang dia bunuh saat itu.” Setelah Syabib bin Najdah menyetujuinya, mereka bertiga segera berpamitan, “Kami semua telah mufakat akan membunuh ‘Ali ,” pada Qatham yang saat itu sedang i’tikaf di dalam Masjid Agung. Qatham menjawab, “Jika kalian telah siap berangkat datanglah kemari lagi!.” Ibnu Muljam datang untuk berkata pada Qatham, “Saya dan dua teman saya telah berjanji akan bahwa masing-masing kami akan membunuh seorang tokoh besar.” Tak lama kemudian Qatham minta kain sutra untuk dibalutkan pada mereka bertiga, (mungkin untuk memberi mereka support).

Mereka bertiga mengambil pedang mereka masing-masing lalu selanjutnya berangkat menuju depan pintu yang biasanya dipergunakan keluar oleh ‘Ali . Akhirnya ‘Ali keluar untuk mengimami shalat shubuh sambil berkata, “Shalat shalat.” Syabib bin Najdah bergerak cepat menyerang ‘Ali dengan pedang, namun pedangnya menghantam gawan pintu atau ornament. Ibnu Muljam bergerak cepat memukul ujung kepala ‘Ali dengan pedang.

Wardan berlari cepat pulang ke rumahnya; dikejar anak laki-laki ibunya. Lelaki tersebut memasuki rumah Wardan di saat Wardan sedang melepas kain sutra dan meletakkan pedangnya. Lelaki tersebut bertanya, “Ada apa dengan kain sutra dan pedang ini?.” Wardan terpaksa berterus terang padanya. Lelaki tersebut bergegas pulang ke rumah untuk mengambil dan menebaskan pedangnya hingga Wardan mati.

Syabib melarikan diri ke arah pintu-gerbang-pintu-gerbang kota Kindah dikejar masya. Syabib roboh bersimbah darah karena kakinya dipedang dan dibanting oleh ‘Uwaimir dari Chadhramaut. Ketika masya pengejar Syabib telah makin dekat; saat itu Syabib telah menguasai pedangnya. ‘Uwaimir membiarkan Syabib kabur dan memasuki kerumunan masya dari pada dirinya terkena serangannya.

Ibnu Muljam jatuh saat melarikan diri dari kejaran lelaki dari Hamdan yang biasa dipanggil Aba Adama karena kakinya dipatahkan dengan pedang oleh lelaki tersebut. ‘Ali  mendorong punggung جَعْدَةَ بن هُبَيْرَةَ بن أَبِي وَهْبٍ (Ja’dah bin Hubairah bin Abi Wahb) agar mewakili mengimami jamaah shalat shubuh; sebagaian jamaah berlarian dari segala penjuru untuk menyerang Ibnu Muljam.

Sejumlah orang melaporkan bahwa Muhammad bin Chunaif berkata: “Demi Allah, di malam ‘Ali bin Abi Thalib dipedang; saat itu saya shalat bersama lelaki-lelaki kota tersebut di dalam Masjid Agung tersebut, yaitu di dekat pintu-keluar rumah ‘Ali menuju Masjid. Di antara mereka ada yang sedang berdiri, ada yang sedang rukuk, ada yang sedang sujud. Mereka tak bosan-bosan melakukan shalat sejak awal hingga akhir malam. Tiba-tiba ‘Ali  keluar pintu untuk mengimami shalat shubuh sambil menyerukan, “Shalat shalat.” Saya sendiri tidak tahu apakah lebih dulu ia mengucapkan kalimat tersebut ataukah duluan kulihat pedang-pedang mengkilap. Saya mendengar, “الْحُكْمُ للَّهِ ، لا لَكَ يَا عَلِيُّ وَلا لأَصْحَابِكَ (Tiada hukum kecuali kekuasaan Allah, bukan hakmu ya ‘Ali, dan bukan hak shahabat-shahabatmu).” Lalu kulihat pedang berkelebat. Lalu kulihat masya berdatangan. Saya mendengar ‘Ali  perintah, “Jangan sampai lelaki itu lepas!.” Sejenak kemudian masya dari segala penjuru berlari cepat mengejarnya. Saya berada di dalam lokasi tersebut hingga Ibnu Muljam tertangkap dan dimasukkan ke rumah ‘Ali bin Abi Thalib .

Saya memasuki rumah ‘Ali  mengikuti orang-orang. Tiba-tiba saya mendengar ‘Ali bin Abi Thalib  berkata, “النَّفْسُ بِالنَّفْسِ ، إِنْ هَلَكْتُ فَاقْتُلُوهُ كَمَا قَتَلَنِي (Jiwa dibalas dengan jiwa. Jika saya mati maka bunuhlah dia sebagaimana memedangku)!. Namun jika saya masih hidup, maka telah punya pandangan sebaiknya dia diapakan?.” Di saat Ibnu Muljam dibawa masuk ke rumah ‘Ali; ‘Ali bertanya, “Ya musuh Allah, bukankah saya telah berbuat baik padamu?, bukankah saya telah memperlakukan kamu dengan baik?.” Ia menjawab, “Betul.” ‘Ali bertanya, “Lalu apa yang mendorongmu melakukan ini?.” Saya telah mengasah pedangku selama empat puluh shubuh lalu berdoa agar Allah membunuh sejelek-jelek makhluq-Nya dengan pedang ini.” ‘Ali berkata, “Saya yakin kamu akan mati terbunuh dengan pedang ini, dan kamu termasuk makhluq Allah paling jelek.” Konon dua tangan Ibnu Muljam diikat erat hingga belikat di depan Chasan.

Tiba-tiba putri ‘Ali bernama Ummu Kultsum menangis, “Hai musuh Allah, ayahku tidak apa-apa; sementara kamu akan dihinakan oleh Allah.” Ibnu Muljam menjawab, “Kenapa kau menangis?. Demi Allah pedang itu kubeli seharga seribu (dinar), dan telah kuberi seribu racun. Kalau pukulan pedangku ini melukai seluruh penduduk kota ini pasti mereka tidak mampu bertahan hidup satu jam pun. Namun ayahmu masih juga hidup hingga saat ini.” ‘Ali berkata pada Chasan, “Jika aku bertahan hidup, aku telah mempunyai perhitungan. Namun jika aku mati karena pukulan pedang ini, maka pukullah dengan pedang sekali saja, jangan kau siksa. Sebab sungguh aku pernah mendengar Rasulallah  melarang menyiksa meskipun pada anjing buas.” Sebuah riwayat menjelaskan bahwa Jundub bin ‘Abdillah memasuki rumah ‘Ali untuk memohon, “Jika kami kehilangan tuan, maka kami akan berbai’at pada Chasan.” ‘Ali bin Abi Thalib  menjawab, “Yang ini saya tidak perintah dan tidak melarang, kalian yang lebih tahu.”

Ketika ‘Ali bin Abi Thalib  telah wafat; Chasan  perintah agar Ibnu Muljam dibawa masuk ke rumahnya. Ibnu Muljam berkata ketika telah masuk ke rumah Chasan, “Bolehkah saya minta sesuatu?, demi Allah sejak dulu jika saya bersumpah pada Allah pasti saya laksanakan. Saya pernah bersumpah pada Allah akan membunuh ‘Ali dan Mu’awiyyah, atau saya mati saat menyerang mereka berdua. Jika kau setuju lepaskanlah saya agar membunuh dia. Saya bersumpah pada Allah jika saya gagal membunuhnya, saya akan menyerahkan tanganku pada tanganmu.”

Sepertinya Ibnu Muljam yakin sepenuhnya bahwa Chasan sangat benci Mu’awiyyah bin Abi Sufyan, sehingga ia menawarkan jasa membunuh Mu’awiyyah agar Chasan mau melepaskannya.

Chasan  menjawab, “Demi Allah tidak bisa, atau kamu akan menyaksikan neraka.” Chasan  perintah agar Ibnu Muljam diajukan untuk dibabat kepalanya dengan pedang. Selanjutnya mayat tersebut dimasukkan dalam bawari (tempat). Tak lama kemudian masya membakarnya dengan api. Sebelum itu ‘Ali bin Abi Thalib  telah berpesan, “Ya keluarga besar ‘Abdul-Muthalib, jangan sampai terjadi suatu saat nanti saya menjumpai kalian berkecimpung dalam darahnya Muslimiin hanya karena beralasan ‘ini kami lakukan karena Amirul-Mu’miniin dibunuh, ini kami lakukan karena Amirul-Mu’miniin dibunuh. Ingat, tidak boleh ada yang dibunuh kecuali orang yang telah membabatkan pedangnya padaku!.”
Luar biasa, di saat kemarahan ‘Ali bin Abi Thalib  di puncak, ia masih bisa berbicara dengan arif dan bijaksana. Sebetulnya wasiat terakhir sebelum wafatnya panjang dan indah luar biasa. Pantaslah jika Rasulullah  pernah bersabda, “يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ، وَيُحِبُّهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ (Ia cinta Allah dan Rasul-Nya; Allah dan Rasul-Nya cinta dia).”
__________________________________________________________________
Kontributor: Al-Mukarrom Ustad KH. Shobirun Ahkam, pimpinan Pondok LDII Mulyo Abadi, Sleman, Yogyakarta

perang uhud

Sejarah Rasulullah s.a.w
Peperangan Badar  
Muqaddimah:
Setelah hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah bersama-sama para sahabatnya dan diterima baik oleh orang-orang anshar, Islam telah berkembang, tersebar luas dan diterima oleh banyak kabilah-kabilah arab.  Kekuatan dan ekonomi Madinah telah menjadi kukuh.  Orang-orang arab Quraisy Makkah tidak senang hati dengan kemajuan ini.
Perang Badar merupakan perang pertama yang dilalui oleh umat Islam di Madinah. Ia merupakan isyarat betapa mulianya umat Islam yang berpegang teguh pada tali agama Allah.  Kemenangan besar kaum muslimin tidak terletak pada jumlah tentara yang ikut serta tetapi terkandung dalam kekuatan iman yang tertanam disanubari mereka.  Dengan Keyakinan mereka pada Allah yang sangat kukuh itu, Allah telah menurunkan bantuan ibarat air yang mengalir menuju lembah yang curam.  Tidak  ada sesiapa yang dapat menahan betapa besarnya pertolongan Allah terhadap umat yang senantiasa menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. 
Sejarah :
Serangan yang dilakukan oleh Abdullah Ibn Jahshin terhadap angkatan perdagangan kaum Quraisy pada bulan Rejab yang diharamkan berperang telah dianggap oleh mereka sebagai tamparan dan cabaran hebat kepada mereka.  Kaum Quraisy merasakan kematian Al-Hadhrami seharusnya dibela dan memusnahkan semua pihak yang bersangkutan dengan pembunuhan itu.  Rasulullah sememangnya menyedari pihak Quraisy pasti akan menuntut bela.  Baginda telah membuat persediaan yang lebih awal.
Pada bulan Ramadhan tahun 2 Hijriah,  Rasulullah bersama 313 orang tentera telah keluar dari Madinah untuk menyekat angkatan perdagangan kaum Quraisy yang pulang dari negeri Syria (Syam) dalam usaha mereka hendak melemahkan persiapan tentera Quraisy Makkah untuk menyerang Madinah.
Abu Sufyan yang mengetuai angkatan perdagangan tersebut telah menyedari tindakan Rasulullah itu lalu beliau telah menghantar utusannya yang bernama Dham Dham bin Amr Al-Ghifari meminta bantuan dari Makkah.
Di Makkah pula, 3 hari sebelum Dham Dham sampai, Atiqah Binte Abdul Muthalib telah bermimpi sesuatu yang sungguh menakutkan.  Atiqah telah bermimpi melihat seorang musafir datang dengan mengendarai unta. Ia berdiri diatas tanah lapang. Kemudian, lelaki tersebut berteriak dengan suara yang amat kuat.
“Ketahuilah wahai keluarga Ghudar, berangkatlah kalian kepada tempat-tempat kematian kalian dalam masa 3 hari.”
Atiqah melihat manusia berkumpul dekat musafir tersebut kemudian ia masuk dalam masjid diikuti orang ramai dan berdiri ia diatas untanya didepan Ka’bah dan dilaungkan lagi perkataan yang sama. Lelaki itu kemudian berdiri dihadapan Abu Qais dan diulangi ucapannya buat kali ketiga.  Musafir itu kemudian mengambil batu besar dan melemparkannya.  Batu itu jatuh bergolek.  Ketika batu itu tiba dibawah gunung, ia pecah berkeping-keping. Tidak sebuah rumah pun yang ada di Makkah terlepas dari dimasuki pecahan batu besar tersebut.
Mimpi Atiqah itu walaupun diminta supaya dirahsiakan, telah tersebar luas di Kota Makkah hingga kepengetahuan Abu Jahal.  Tetapi Abu Jahal dengan sikap bongkak dan sombongnya tidak memperdulikan mimpi itu malah diperlecehkan olehnya.
Al-Abbas bin Abdul Muthalib, orang pertama yang mengetahui tentang mimpi Atiqah telah mendengar saudaranya di ejek oleh Abu Jahal.  Beliau ingin mempertahankan saudaranya lalu keluar untuk mencari Abu jahal.  Pada ketika beliau terjumpa Abu Jahal, Dham Dham, yaitu utusan dari Abu Sufyan telah sampai ke Makkah dengan membawa berita Abu Sufyan meminta bantuan.  Ketika itu juga Makkah menjadi kecoh dengan berita ini.  Ramai pembesar-pembesar Quraisy merasa marah dengan tindakan Muhammad.  Mereka lalu mengumpulkan orang untuk keluar membantu Abu Sufyan.  Tidak ada seorang lelaki pun yang ingin ketinggalan dalam peperangan ini.  Ada diantara mereka yang tidak dapat ikut tetapi mengutus orang suruhan mereka untuk ikut serta.
Sebelum berlaku peperangan di Badar, Nabi Muhammad S.A.W telah mengutuskan Talhah Bin Ubaidullah dan Said bin Zaid untuk mengumpul maklumat tentang kabilah Abu Sufyan.  Mereka mengumpulkan maklumat ynag perlu dan kembali ke Madinah untuk menyampaikan pada Rasul.  Baginda bergerak bersama-sama para pengikutnya.  Baginda menuju ke Badar tetapi terlebih dahulu Baginda mengutus Ali bin Abu Talib, Zubir bin Al-Awwam dan Saad Bin Abi Waqqas bersama beberapa orang lain ke Badar mengumpulkan maklumat terbaru tentang orang Quraisy serta musuh mereka. Maklumat yang diperolehi daripada dua orang budak lelaki yang telah mendedahkan tentang tempat persinggahan orang Quraisy.  Apabila Rasulullah bertanya berapa ekor binatang yang disembelih untuk makanan mereka setiap hari, kanak-kanak itu menjawab 9 atau 10 eokr.  Dengan kebijaksanaan Rasulullah, Beliau dapat mengagak jumlah tentera musuh ada 900 hingga 1000 orang tentera.
Dengan maklumat yang diperolehi itu, Rasulullah pada waktu itu merasa khawatir kalau-kalau nanti setelah kejadian tenteranya bertempur dengan tentera Quraisy lalu dari tenteranya ada yang mengundur diri.  Nabi Muhammad S.A.W juga ingat bahwa asal mulanya berangkat dari madinah adalah hendak mengejar seperangkatan unta yang memuatkan perdagangan kaum Quraisy yang di ketuai oleh Abu Sufyan, sedangkan mereka telah lepas jalan ke Makkah.  Rasulullah bimbang jika ada diantara tenteranya yang tidak suka bertempur dengan tentera Quraisy dan ada yang berperasaan
Angkatan Unta yang dikejar telah terlepas jalan. Pasukan tentera Quraisy begitu besar berlipat ganda. Alat perang Quraisy lebih lengkap dan mereka serba kekurangan.
Dengan kebijaksanaan sebagai seorang Nabi dan pesuruh Allah, maka Nabi Muhammad S.A.W mengadakan permusyawaratan bersama pahlawan-pahlawan tenteranya meminta pendapat mereka. Pada mulanya, mereka berkata bahwa mereka keluar hanya untuk perdagangan Quraisy dan bukan untuk berperang.  Ketika itu Rasulullah amat merasa susah hati dan berubah wajahnya. Apabila Abu Bakar r.a melihat keadaan ini, lalu beliau berkata:
“Ya Rasulullah, lebih baik kita bertempur dengan musuh!”.  Diikuti pula dengan Umar r.a.  Kemudian seorang sahabat Miqdad Bin Al-Aswad lalu berdiri dan berkata :
“Ya Rasulullah, teruskanlah pada barang apa yang Allah telah perintahkan pada Tuan! Maka kita serta Tuan.  Demi Allah, kita tidak akan berkata kepada Tuan seperti perkataan kaum Bani Israil kepada Nabi Musa pada zaman dahulu. “Pergilah engkau bersama Tuhanmu, maka berperanglah engkau berdua.  Kita sesungguhnya akan duduk termenung saja.”.  Akan tetapi berkata kita pada Tuan sekarang “Pergilah Tuan bersama Tuhan Tuan! Dan berperanglah Tuan bersama Tuhan Tuan.  Kita sesungguhnya berserta Tuan dan Tuhan Tuan.  Kita ikut berperang.  Demi Allah, jikalau Tuan berjalan dengan kita sampai kedesa Barkul Ghamad, nescaya kita berjuang bersama Tuan daripada yang lainnya.  Kita akan berperang dari sebelah kanan Tuan dan di antara hadapan Tuan dan belakang Tuan.
Ketika itu Rasulullah juga ingin kepastian dari kaum Anshar.  Melihat keadaan itu, Sa’ad Bin Muaz lalu berdiri dan berkata dengan kata-kata yang memberi keyakinan pada Rasulullah sama seperti kaum Muhajirin.  Di ikuti pula oleh suara-suara pahlawan yang lain.
Setelah mendengar kata-kata daripada sahabat dan tenteranya yang sungguh meyakinkan, bercahayalah muka Nabi seraya tertampak kegirangannya.  Pada saat itu juga Allah menurunkan wahyunya yang tercatat di Surah Al-Anfal ayat 5-7 yang ertinya :
“Sebagai Tuhanmu(Muhammad) mengeluarkan akan kamu dari rumhamu yang benar. Dan bahawasanya sebahagian dari orang-orang yang beriman itu sungguh benci.  Mereka membantah kamu dalam urusan kebenaran (berperang) sesudah terang-benderang, seolah-olah mereka digiring akan salah satu dari dua (golongan Al’Ier dan golongan An Nafier), bahawasanya ia bagimu, dan kamu mengharapkan yang tidak berkekuatan senjata adalah bagi kamu, dan Allah berkehendak akan menyatakan kebenaran dengan semua sabdanya, dan memutuskan kekalahan orang-orang yang tidak percaya” 
                                                                                  (Al-Quran Surat Al-Anfal Ayat 5-7)
Setelah itu, nabi S.A.W lalu bersabda pada seluruh tenteranya:
“Berjalanlah kamu dan bergiranglah kerana sesungguhnya Allah telah memberi janji kepadaku salah satu daripada dua golongan (yaitu Al-Ier dan An-Nafier).  Demi Allah, sungguh aku seakan-akan sekarang ini melihat tempat kebinasaan kaum Quraisy,”
Mendengar perintah Rasulullah S.A.W yang sedemikian itu, segenap kaum muslimin memulakan perjalanan dengan tulus ikhlas dan berangkatlah mereka menuju ketempat yang dituju oleh Nabi. Mereka selalu ta’at dan patuh kepada perintah Nabi dengan melupakan segala sesuatu yang menjadi kepentingan diri mereka sendiri.
Dipihak Quraisy pula ada beberapa kocar kacir yang terjadi sehingga beberapa kaum yang berjalan berpatah balik ke Makkah.
Rasulullah tidak henti-henti memanjatkan do’a kepada Allah memohon pertolongan. Untuk menebalkan iman tenteranya dan meneguhkan semangat barisannya, Rasulullah menghadapkan mukanya kepada sekelian tenteranya sambil memohon kepada Allah yang ertinya :
“Ya Allah! Hamba memohon kepada Engkau akan janji dan perjanjian Engkau.  Ya Allah! Jika Engkau berkehendak (mengalahkan pada hamba), tidak akan Engkau disembah lagi.” 
Diriwayatkan diwaktu itu, Nabi S.A.W berulang-ulang memohon kepada Allah sehingga Abu Bakar r.a yang senantiasa berada disisinya telah memegang selendang dan bahu Nabi sambil berkata bahwa Tuhan akan meluluskan padanya apa yang telah Allah janjikan.
Selanjutnya, sebagai kebiasaan bangsa Arab, sebelum berperang maka diantara pahlawan-pahlawannya lebih dulu harus bertanding dan beradu kekuatan dengan pahlawan musuh.  Dipihak kaum Quraisy, 3 pahlawan yang keluar adalah 1. Utbah Bin Rabi’ah, 2. Syaibah Bin Rabi’ah dan 3. Walid Bin Utbah.  Dan dari tentera Islam ialah 1. ‘Auf bin Al-Harits, 2. Mu’adz bin Harts dan 3. Abdullah bin Rawahah.  Mereka bertiga adalah dari kaum Anshar.  Tetapi kerana kesombongan kaum Quraisy yang merasakan bangsanya lebih baik, tidak mahu menerima kaum Anshar, malah meminta Rasulullah mengeluarkan 3 orang pahlawan dari kaum Quraisy sendiri.  Maka Rasulullah mengeluarkan 1. Hamzah Bin Abdul Muthalib, 2. Ali Bin Abi Thalib dan 3. ‘Ubadah Bin Al-Harits.  Mereka berenam beradu tenaga sehingga akhirnya tentera Quraisy jatuh ketiga-tiganya dan tentera Islam hanya ‘Ubaidah Bin Al-Harits yang syahid.  Ini adalah petanda bahwa kaum Quraisy akan tewas. 
Setelah itu pertempuran terus berlaku.  Tentera Islam yang seramai 313 orang berlawan mati-matian untuk menewaskan tentera Quraisy.  Rasulullah senantiasa mengamati gerak-geri tentera Islam.  Dengan sebentar waktu, berpuluh-puluh tentera musyrikin menghembuskan nafasnya, melayang jiwanya meninggalkan badannya bergelimpangan diatas tanah bermandikan darah.  Tentera Islam senantiasa menyebut “Esa! Esa! Esa!”.
Rasulullah pula tidak henti-henti memanjatkan do’a pada Allah memohon kemenangan  tentera Islam. Ada seketika dengan tidak ada sebab apapun, Rasulullah telah jatuh dengan mendadak sebagai orang pengsan.  Tubuhnya gementar dan kedinginan bagaikan orang ketakutan.  Tetapi tidak berapa minit, Beliau bangun dengan tegak lalu bersabda kepada Abu Bakar r.a. yang senantiasa berada disisinya, yang ertinya :
“Gembiralah oleh mu hai Abu Bakar.  Telah datang pertolongan dari Allah kepadamu.  Ini Malaikat Jibril sampai memegang kendari kuda yang ia tuntun atas kedua gigi sarinya berdebu.” 
Rasulullah memberi semangat kepada tenteranya dengan sabdanya yang membawa maksud dan jaminan bahwa tentera Islam yang turut serta diperang Badar dijamin masuk syurga.  Mendengar ini, tentera Islam semakin berkobar-kobar semangatnya.  Ramai pembesar-pembesar Quraisy yang terkorban dan pada akhirnya, mereka bubar dan melarikan diri.  70 orang kaum Quraisy terbunuh dan 70 yang lain tertawan.  Manakala tentera Islam pula hanya 14 yang syahid (6 dari Muhajirin dan 8 dari Anshar).  Tentera Islam mendapat kemenangan dari sebab keteguhan dan ketabahan hati mereka.  Bangkai-bangkai tentera musyrikin dilempar dan dikuburkan didalam sebuah perigi/sumur di Badar.
Kemenangan ini disambut dengan riang gembira oleh orang yang tidak mengikut peperangan, yaitu kaum perempuan, kanak-kanak dan beberapa orang lelaki yang diberi tugas mengawal Madinah dalam masa pemergian tentera Islam ke Badar itu.
Di Madinah pula, Rasulullah memikirkan bagaimana cara yang patut dilakukan keatas orang tawanan perang.  Rasulullah juga berpesan pada orang ramai supaya bersikap baik dan belas kasihan kepada orang tawanan. Sehingga ada kaum muslimin yang memberikan satu-satunya roti yang ada kepada orang tawanan.  Sehingga orang tawanan merasa segan dengan kebaikan yang ditunjukkan. Rasulullah kemudian berbincang dengan orang Islam tentang nasib tawanan Badar.  Ada yang menyatakan dibunuh saja kerana mereka telah engkar dengan Allah dan mengusir kaum Muhajirin dari Makkah.  Ada pula yang lebih lembut hatinya dan disuruh lepaskan saja dengan harapan mudah-mudahan mereka akan insaf dan tertarik dengan Islam.  Setelah lam berbincang, mereka akhirnya mengambil keputusan untuk melepaskan mereka dengan mengenakan tebusan sekadar yang sepatutnya mengikut keadaan masing-masing.  Setinggi empat ribu dirham dan serendah satu ribu dirham.  Bagi yang miskin tetapi ada pengetahuan membaca dan menulis dikehendaki supaya mengajar sepuluh orang kanak-kanak Islam.  Mereka semua dibebaskan apabila tebusan telha dibayar atau kanak-kanak itu telah pandai.  
Hikmah didalam peperangan Badar
Peperangan Badar ini amat besar ertinya bagi agama Islam.  Andaikata tentera Islam kalah dalam peperangan ini maka tamatlah riwayat orang-orang Islam malah agama Islam itu sendiri.  Kemenangan ini juga menguatkan lagi kedudukan Islam di Madinah dan menambahkan keyakinan bahwa mereka adalah pihak yang benar.  Mereka telh mula disegani dan ditakuti oleh kabilah-kabilah Arab lain dan digeruni oleh orang Yahudi dan Munafiqin Madinah.  Sebaliknya pengaruh orang Quraisy Makkah mula lemah dan merosot.  Orang yang ditawan oleh tenters Islam pula, apabila mereka balike ke Makkah setelah dilepaskan telah menceritakan kepada sahabat-sahabat dan keluarga tentang kebaikan orang Islam.  Cerita ini dengan tidak secar langsung telah member pertolongan yang besar kepada perkembangan agama Islam di Makkah.  Mereka yang selalunya menerima layanan buruk dari orang Quraisy secara diam telha berhijrah ke Madinah dan memeluk agama Islam.  Dengan ini tentera Islam bertambah dar masa ke masa.  Perang Badar telah memperkuatkan lagi kepercayaan orang Islam kepada nabi Muhammad S.A.W. dan ajaran Islam.  Mereka sanggup berkorban jiwa untuk kepentingan Baginda dan agama Islam
Kesimpulan
Pengajaran dari peperangan ini menunjukkan bahwa kaum Quraisy tidak bersatu padu.  Ini terbukti apabila ada beberapa puak yang menarik diri sebelum perang terjadi.  Dengan ini sebagai orang Islam kita harus bersatu demi untuk mencapai kemenangan.
Kaum Quraisy terlalu yakin yang mereka akan berjaya memusnahkan Islam yang memang sedikit dari jumlah tetapi tidak dari semangat.  Mereka tidak dapat mengalah tentera Islam kerana semangat tentera Islam begitu kukuh kerana Rasulullah telah berjaya menjalin silaturrahim yang kuat sesama Islam.  Nabi Muhammad S.A.W adalah pentabdir yang berkaliber dan pintar mengendalikan tektik peperangan.  Orang Islam mempunyai pegangan iaitu berjaya didunia atau mati syahid.

perang uhud

  Pengalaman pahit yang dirasakan oleh kaum Quraisy dalam perang Badar telah menyisakan luka mendalam nan menyakitkan. Betapa tidak, walaupun jumlah mereka jauh lebih besar dan perlengkapan perang mereka lebih memadai, namun ternyata mereka harus menanggung kerugian materi yang tidak sedikit.
Dan yang lebih menyakitkan mereka adalah hilangnya para tokoh mereka. Rasa sakit ini, ditambah lagi dengan tekad untuk mengembalikan pamor Suku Quraisy yang telah terkoyak dalam Perang Badar, mendorong mereka melakukan aksi balas dendam terhadap kaum Muslimin. Sehingga terjadilah beberapa peperangan setelah Perang Badar. Perang Uhud termasuk di antara peperangan dahsyat yang terjadi akibat api dendam ini. Disebut perang Uhud karena perang ini berkecamuk di dekat gunung Uhud. Sebuah gunung dengan ketinggian 128 meter kala itu, sedangkan sekarang ketinggiannya hanya 121 meter. Bukit ini berada di sebelah utara Madinah dengan jarak 5,5 km dari Masjid Nabawi.
Waktu Kejadian
Para Ahli Sirah sepakat bahwa perang ini terjadi pada bulan Syawwâl tahun ketiga hijrah Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam ke Madinah. Namun mereka berselisih tentang harinya. Pendapat yang yang paling masyhûr menyebutkan bahwa perang ini terjadi pada hari Sabtu, pertengahan bulan Syawwal.
Penyebab Perang
Di samping perang ini dipicu oleh api dendam sebagaimana disebutkan diawal, ada juga penyebab lain yang tidak kalah pentingnya yaitu misi menyelamatkan jalur bisnis mereka ke Syam dari kaum Muslimin yang dianggap sering mengganggu. Mereka juga berharap bisa memusnahkan kekuatan kaum Muslimin sebelum menjadi sebuah kekuatan yang dikhawatirkan akan mengancam keberadaan Quraisy.
Inilah beberapa motivasi yang melatarbelakangi penyerangan yang dilakukan oleh kaum Quraisy terhadap kaum Muslimin di Madinah.
Jumlah Pasukan
Kaum Quraisy sejak dini telah mempersiapkan pasukan mereka. Barang dagangan dan keuntungan yang dihasilkan oleh Abu Sufyân beserta rombongan yang selamat dari sergapan kaum Muslimin dikhususkan untuk bekal pasukan mereka dalam perang Uhud. Untuk menyukseskan misi mereka dalam perang Uhud ini, kaum Quraisy berhasil mengumpulkan 3 ribu pasukan yang terdiri dari kaum Quraisy dan suku-suku yang loyal kepada Quraisy seperti Bani Kinânah dan penduduk Tihâmah. Mereka memiliki 200 pasukan berkuda dan 700 pasukan yang memakai baju besi. Mereka mengangkat Khâlid bin al-Walîd sebagai komandan sayap kanan, sementara sayap kiri di bawah komando Ikrimah bin Abu Jahl.
Mereka juga mengajak beberapa orang wanita untuk membangkitkan semangat pasukan Quraisy dan menjaga mereka supaya tidak melarikan diri. Sebab jika ada yang melarikan diri, dia akan dicela oleh para wanita ini. Tentang jumlah wanita ini, para Ahli Sirah berbeda pendapat. Ibnu Ishâq rahimahullah menyebutkan bahwa jumlah mereka 8 orang, al-Wâqidi rahimahullah menyebutkan 14 orang, sedangkan Ibnu Sa’d rahimahullah menyebutkan 15 wanita.
Mimpi Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam
Sebelum peperangan ini berkecamuk, Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam diperlihatkan peristiwa yang akan terjadi dalam perang ini melalui mimpi. Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam menceritakan mimpi ini kepada para Sahabat. Beliau Salallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Saya bermimpi mengayunkan pedang lalu pedang itu patah ujungnya. Itu (isyarat-pent) musibah yang menimpa kaum Muslimin dalam Perang Uhud. Kemudian saya ayunkan lagi pedang itu lalu pedang itu baik lagi, lebih baik dari sebelumnya. Itu (isyarat –pent-) kemenangan yang Allah Ta’ala anugerahkan dan persatuan kaum Muslimin. Dalam mimpi itu saya juga melihat sapi –Dan apa yang Allah lakukan itu adalah yang terbaik- Itu (isyarat) terhadap kaum Muslimin (yang menjadi korban) dalam perang Uhud. Kebaikan adalah kebaikan yang Allah Ta’ala anugerahkan dan balasan kejujuran yang Allah Ta’ala karuniakan setelah perang Badar”.
Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam menakwilkan mimpi Beliau Salallahu ‘Alaihi Wassalam ini dengan kekalahan dan kematian yang akan terjadi dalam Perang Uhud.
Saat mengetahui kedatangan Quraisy untuk menyerbu kaum Muslimin di Madinah, Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam mengajak para Sahabat bermusyawarah untuk mengambil tindakan terbaik. Apakah mereka tetap tinggal di Madinah menunggu dan menyambut musuh di kota Madinah ataukah mereka akan menyongsong musuh di luar Madinah ? Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam cenderung mengajak para Sahabat bertahan di Madinah dan melakukan perang kota, namun sekelompok kaum Anshâr radhiallahu’anhum mengatakan, “Wahai Nabiyullâh ! Sesungguhnya kami benci berperang di jalan kota Madinah. Pada jaman jahiliyah kami telah berusaha menghindari peperangan (dalam kota), maka setelah Islam kita lebih berhak untuk menghindarinya. Cegatlah mereka (di luar Madinah)” ! Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassalam bersiap untuk berangkat. Beliau Salallahu ‘Alaihi Wassalam mengenakan baju besi dan segala peralatan perang. Setelah menyadari keadaan, para Sahabat saling menyalahkan. Akhirnya, mereka mengatakan: “Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam menawarkan sesuatu, namun kalian mengajukan yang lain. Wahai Hamzah radhiallahu’anhu, temuilah Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam dan katakanlah, “Kami mengikuti pendapatmu”.
Hamzah radhiallahu’anhu pun datang menemui Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam dan mengatakan, ‘Wahai Rasulullâh, sesungguhnya para pengikutmu saling menyalahkan dan akhirnya mengatakan, ‘Kami mengikuti pendapatmu.’ Mendengar ucapan paman beliau ini, Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : ‘Sesungguhnya jika seorang Nabi sudah mengenakan peralatan perangnya, maka dia tidak akan menanggalkannya hingga terjadi peperangan’.
Keputusan musyawarah tersebut adalah menghadang musuh di luar kota Madinah. Ibnu Ishâq rahimahullah dan yang lainnya menyebutkan bahwa ‘Abdullâh ibnu Salûl setuju dengan pendapat Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam untuk tetap bertahan di Madinah. Sementara at-Thabari membawakan riwayat yang berlawanan dengan riwayat Ibnu Ishâq rahimahullah , namun dalam sanad yang kedua ini ada orang yang tertuduh dan sering melakukan kesalahan. Oleh karena itu, al-Bâkiri dalam tesisnya lebih menguatkan riwayat yang dibawakan oleh Ibnu Ishâq rahimahullah .
Para Ulama Ahli Sirah menyebutkan bahwa yang memotivasi para Sahabat untuk menyongsong musuh di luar Madinah yaitu keinginan untuk menunjukkan keberanian mereka di hadapan musuh, juga keinginan untuk turut andil dalam jihad, karena mereka tidak mendapat kesempatan untuk ikut dalam Perang Badar.
Sementara, Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam lebih memilih untuk tetap tinggal dan bertahan di Madinah, karena Beliau Salallahu ‘Alaihi Wassalam ingin memanfaatkan bangunan-bangunan Madinah serta memanfaatkan orang-orang yang tinggal di Madinah.

Pelajaran Dari Kisah

Kaum Muslimin yang sedang berada di daerah, jika diserbu oleh musuh, maka mereka tidak wajib menyongsong kedatangan musuh. Mereka boleh tetap memilih bertahan di rumah-rumah mereka dan memerangi musuh di sana. Ini jika strategi ini diharapkan lebih mudah untuk mengalahkan musuh. Hal ini sebagaimana yang diisyaratkan oleh Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam dalam Perang Uhud.